Materi UAMBN 2020 QS AL Maun
Surah
Al-Ma'un dan Kandungannya
بِسْمِ
اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
أَرَأَيْتَ
الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ
Tahukah kamu (orang)
yang mendustaka agama?
فَذَلِكَ
الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ
maka itulah orang
yang menghardik anak yatim,
وَلَا
يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ
dan tidak mendorong
memberi makan orang miskin
فَوَيْلٌ
لِّلْمُصَلِّينَ
Maka celakalah orang
yang shalat
الَّذِينَ
هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ
, yaitu (orang-orang
yang lalai terhadap shalatnya
الَّذِينَ
هُمْ يُرَاؤُون
yang berbuat ria'
وَيَمْنَعُونَ
الْمَاعُونَ
dan enggan
(memberikan) bantuan.
(Q.S al-Ma'un/107
:1-7)
Kandungan Surah
Pada ayat 1,
Allah Swt. menanyakan tentang siapa orang yang mendustakan agama. Kalimat tanya
tersebut tidak memerlukan jawaban karena Allah Swt. lebih mengetahui. Ayat ini
memberikan penekanan agar Nabi Muhammad saw. menaruh perhatian yang lebih
terhadap masalah yang akan diterangkan. Orang yang mendustakan agama adalah orang
yang paling celaka. Siapakah mereka itu? Itulah masalah yang harus diperhatikan
dengaan benar-benar.
Pada ayat 2 dan 3, Allah Swt. mulai
menjelaskan orang-orang yang termasuk mendustakan agama. Mereka adalah
orang-orang yang menghardik (menyia-nyiakan) anak yatim dan tidak mau
menyuruh/memberi makan (Tidak peduli nasib) orang miskin.
Yang
dimaksud anak yatim ialah anak yang ditinggal mati ayahnya sehingga ia hidup
bersama ibunya. Lazimnya, anak yatim mengalami kesulitan hidup karena ayahnya
sebagai penopang kehidupan telah tiada. Sekurang-kurangnya, anak yatim
mengalami tekanan batin kehilangan kasih sayang seorang ayah. Tekanan itu akan
lebih terasa ketika ayahnya tidak meninggalkan harta yang cukup untuk
menyambung hidupnya.
Orang
Islam, terutama yang mampu, wajib memperhatikan nasib anak yatim. Dengan
memberikan kasih sayang, kepedulian, dan tidak menyia-nyiakan mereka dengan
mengurangi bebab derita mereka. Nabi Muhammad saw. memotivasi umatnya untuk
senantiasa menyayangi anak yatim. Dalam sebuah hadis, beliau bersabda seba gai
berikut.
"Aku dan orang-orang yang memelihara anak yatim di
surga seperti ini. Beliau menunjukkan telunjuk dan jari tengah serta beliau
merenggangkan antara keduanya. (H.R al- Bukhari dari sahl bin sa'd No. 4892).
"Sebaik-baik rumah orang Islam adalah rumah yang di
dalamnya ada anak yatim yang diasuh dengan baik. Seburuk-buruk rumah orang
Islam adalah rumah yang di dalamnya ada ana yatim diperlakukan dengan jahat.
(H.R Ibnu Majah dari Abu Hurairah No. 3669)
Adapun
yang dimaksud orang miskin ialah orang yang tidak berharta dan serba
kekurangan. Semua itu membuat hidupnya menderita. Mereka tidak dapat merasakan
kesenangan, sebagaimana orang-oarang yang berkecukupan. Islam mendidik umatnya
agar memiliki kepedulian terhadap mereka. Rasulullah saw. selalu memberikan
motivasi kepada umatnya agar senantiasa membantu orang miskin. Dalam sebuah
hadis diriwayatkan oleh Imam Muslim. Rasulullah saw. bersabda sebagai berikut.
"Orang yang menolong janda dan orang miskin bagaikan
orang yang berjihad di jalan Allah. Aku (Abu Hurairah) mengira beliau bersabda,
" seperti orang yang shalat malam yang tidak merasa payah dan seperti
orang yang puasa, tidak berbuka (sebelum waktunya)." (H.R Muslim dari Abu
Hurairah No. 5295).
Hadis
tersebut menggambarkan betapa besar pahala bagi orang yang mau menolong janda
dan orang miskin. Hal ini menunjukkan adanya pendidikan kepedulian sosial yang
sangat tinggi.
Pada ayat 4 dan 5, Allah swt. menjelaskan tentang orang yang
shalat, tetapi mendapat celaka. Kecelakaan itu akibat mereka lalai teradap
shalatnya. lalai disini berarti mengabaikan atau tidak memerhatikan waktu
shalatnya. Shalat merupakan agama sekaligus sebagai ukuran baik buruknya
seseorang. Orang yang melalaikan shalatnya, ia termasuk pendusta agama.
Pada ayat 6,
Allah swt. menjelaskan ria'. Ria' berarti berbuat baik karena ingin
memperoleh pujian atau penghormatan dari orang lain. Orang yang ria'
termasuk pendusta agama karena perbuatan ini menyekutukan Allah swt. dengan
dirinya. Itulah sebabnya ria' dikatakan sebagai perbuatan syirik. Menurut Islam
hanya Allah lah yang berhak ria dan mendapat pujian
Ayat 7 merupakan
salah satu pelajaran tentang kepedulia sosial bagi umat Islam. Orang yang
mengakui dirinya Islam, tentu akan memiliki kepedulian sosial terhadap sesama.
Sifat Bakhil atau kikir jelas bertentangan dengan ajaran Islam. Menurut ayat
ini, orang yang enggan memberikan bantuan kepada orang lain merupakan bentuk pendustaan
terhadap agama. Islam adalah agama yang tidak hanya untuk diyakini, tetapi
harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan, isi
surat al-maun menjelaskan tentang sifat manusia yang dipandang sebagai pendusta
agama di antaranya :
a. Orang-orang
yang menghardik anak yatim
b. Enggan memberi
bantuan kepada orang lain yang sangat membutuhkan
c. Tidak memberi
makan fakir miskin
d. Orang yang
lalai dalam solat dan bersikap Riya’
Berkaitan
dengan hal diatas, ada dua pengertian tentang menghardik anak yatim. Pertama,
menghardik secara verbal. Kedua,
menghardik secara non verbal. Menghardik secara verbal yaitu dengan kata-kata
kasar. Sedangkan menghardik yang bersifat non-verbal, misalnya, bertutur kata
lembut dengan mereka tapi tidak memperhatikan makan, pakaian, dan penddikan
yang layak buat mereka. Demikian juga dengan menghina anak yatim sama halnya
sedang menempuh perjalanan ke neraka, karena anak yatim adalah kesayangan
Rasulullah saw.
Wallahu ‘alam
Semoga Bermanfaat
Salam Guru Madrasah
Post a Comment