Khutbah Akhir Tahun
Khutbah I
اَلحَمْدُ للهِ الّذِي لَهُ مَا فِي السمَاوَاتِ وَمَا فِي اْلأَرْضِ وَلَهُ الحَمْدُ فِي الآخرَة الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا وهو الرّحِيم الغَفُوْر. . أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَاِبهِ الهَادِيْنَ لِلصَّوَابِ وَعَلَى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ اْلمَآبِ اَمَّا بَعْدُ
فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْقَدِيْرِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ :إِنَّ ٱللَهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِم
Hadirin kaum
muslimin sidang
jumat Rahimakumullah
Pada kesempatan khutbah kali ini marilah kita senantiasa
meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT dengan menjalankan
perintahnya dan berusaha terus meninggalkan larangan-larangannya. Pada jumat
kali ini kita sudah berada di akhir tahun 2021 dalam kalender masehi dan besok kita sudah memasuki tahun
baru 2022 masehi. Oleh karenanya tidak ada salahnya kita terus melakukan
muhasabah, yakni introspeksi atas apa yang kita lakukan selama satu tahun,
sehingga dapat menjadi pijakan kita dalam melangkah tahun-tahun berikutnya.
Dalam rangka hal tersebut, kiranya pantas kita mengingat
kembali pesan Sayyidina Ali karramallahu wajhah, sebagaimana termaktub dalam
kitab Nashaihul Ibad karya Ibnu Hajar al-Asqalani:
كُنْ عِنْدَ اللهِ خَيْرَ النَّاسِ
وَكُنْ عِنْدَ النَّفْسِ شَرَّ النَّاسِ وَكُنْ عِنْدَ النَّاسِ رَجُلاً مِنَ
النَّاسِ
“Jadilah manusia yang paling baik di sisi Allah, dan
jadilah manusia yang paling jelek dalam pandangan dirimu, serta jadilah manusia
biasa di hadapan orang lain.”
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Pesan ini memberikan arahan yang sangat luar biasa bagi
umat Islam dalam mengarungi kehidupan dunia, demi memperoleh kebahagiaan dunia
dan akhirat. Yaitu Pertama, kita diharapkan terus meningkatkan ketakwaan dan amal
kebaikan di hadapan Allah subhanahu wata‘ala. Menjalankan perintah-Nya dan
sedapat mungkin menjauhi apa yang menjadi larangan dalam kehidupan sesuai
dengan tuntunan agama. Sehingga kita bisa menjadi manusia yang baik di
sisi-Nya.
Kedua, kita
harus merasa kurang atas amal kebaikan yang kita lakukan dengan terus merasa
diri kita jelek. Hal ini bukan berarti merendahkan diri, namun untuk menjauhkan
kita dari sikap ujub (sombong), riya (pamer), dan sum’ah (mengharap pujian
orang lain). Ketiga, kita harus menundukkan diri di hadapan orang
lain dengan tidak merasa lebih baik. Mungkin banyak di antara kita ketika
melihat orang lain, merasa dirinya lebih baik atau lebih mulia.
Maasyiral muslimin rakhimakumullah,
Lantas bagaimana
kita mampu mendorong diri kita untuk terus berbuat kebaikan tersebut? Syekh
Abdul Qadir al-Jailani memiliki tips sederhana yang dapat kita lakukan dalam
keseharian kita. Yaitu;
-
jika kita melihat orang lain hendaknya kita memandangnya bahwa
dia memiliki kelebihan daripada diri kita sendiri, mungkin dia lebih bertakwa,
lebih banyak amal kebajikannya, lebih tinggi derajatnya di hadapan Allah
subhanahu wata‘ala
-
jika kita melihat anak kecil atau lebih muda, jangan kita
merasa lebih baik darinya. Katakanlah, “Mungkin dia dosanya lebih sedikit
daripadaku, karena umurnya lebih sedikit dariku.” Sebaliknya jika kita melihat
orang lebih tua, hendaknya kita melihat bahwa dia telah berbuat kebaikan lebih
banyak dari diri kita.
-
jika kita melihat orang alim, orang yang memiliki ilmu,
hendaknya kita menilainya dia memiliki cara yang baik dan benar mengamalkan
pengetahuannya dan telah berbuat kebaikan dengan ilmunya tersebut. Sebaliknya
jika kita melihat orang bodoh, hendaknya kita katakan, “Mungkin dia berbuat
dosa atau salah akibat ketidaktahuannya,” Orang bodoh berbuat salah bisa jadi
karena ketidaktahuannya, sementara orang alim (memiliki pengetahuan) berbuat
dosa bukan karena tidak tahu.
Hadirin jamaah Jumat yang dimuliakan Allah
Instrospeksi diri bukan hanya dilakukan
sekali, namun harus menjadi bagian yang tertanam dalam kehidupan kita
sehari-hari. Muhasabah adalah cara mengendalikan hidup kita, yang akan memiliki
efek luar biasa pada diri kita, keluarga, dan lebih luas lagi pada masyarakat.
Keteledoran kita untuk melakukan introspeksi bukan hanya dapat mengakibatkan
kerusakan pada kehidupan kita, tetapi juga kehidupan yang lebih luas yakni
keluarga dan masyarakat.
Rasulullah SAW bersabda:
اَلْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ
وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللهِ (رواه أحمد
“Orang yang cerdas (sukses) adalah orang yang mengevaluasi
dirinya sendiri, serta beramal untuk kehidupan sesudah kematiannya. Sedangkan
orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan
terhadap Allah” (HR Ahmad).
Hadirin Jamaah Jumat rahimakumullah,
Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang mampu terus
introspeksi dan berbenah diri. Sehingga kita mampu menjadi penyokong tumbuhnya
keluarga dan masyarakat yang baik menuju baldatunn thayyibatunn warabbun ghafuur
pada tahun-tahun yang akan datang. Aamiinn ya robbal ‘alamin
باَرَكَ اللهُ لِيْ
وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ
الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ
رَحِيْمٌ
Post a Comment