10 kesalahan yang harus diperhatikan oleh suami terhadap istri
Berikut ini adalah 10 (sepuluh)
KESALAHAN-KESALAHAN suami yang banyak dilakukan, yang kesemuanya berdasarkan
kepada dua sikap keliru tipe para suami diatas:
1.
Tidak mengajarkan AGAMA dan HUKUM syariat Islam kepada isteri
Banyak kita temui bahwa para isteri tidak
mengetahui bagaimana cara sholat yang betul, hukum haid & nifas, bertingkah
laku/berperilaku terhadap suami secara tidak Islami & tidak mendidik
anak-anak secara Islam. Bahkan ada yang terjerumus ke dalam pelbagai jenis
kesyirikan. Yang menjadi fokus perhatian seorang isteri hanyalah bagaimana cara
memasak & menghidangkan makanan tertentu, cara berdandan yang cantik dsb.
Tidak lain semua kerana tuntutan suami, sedangkan masalah AGAMA, terutama
ibadahnya tidak pernah ditanyakan oleh suami.
Padahal Allah s.w.t berfirman yang bermaksud:
“Hai orang–orang yang beriman, peliharalah
dirimu & keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia
& batu, penjaganya malaikat – malaikat yang kasar, keras & tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yg di perintahkan-Nya kepada mereka & selalu mengerjakan
apa yang diperintakan” {Al-Quran, Surah At-Tahrim:6}
Maka para suami diminta untuk tidak sesekali
mengABAIkan hal ini, karena semuanya akan diminta dipertanggungjawaban atasnya.
Hendaklah benar-benar mengajarkan agama kepada isterinya, baik dilakukan
sendiri atau melalui perantara. Antara lain yang dapat dilakukan; menghadiahkan
buku-buku tentang Islam & hukum-hukumnya serta berbincang bersama-sama,
kaset/cd ceramah, mengajak isterinya menghadiri ke majlis-majlis ILMU yang
disampaikan oleh orang-orang yang berilmu dsb.. (yang paling praktis.. ajaklah
solat berjamaah di rumah atau di masjid )
2. Suka mencari
kekurangan & kesalahan isteri
Dalam
suatu hadith riwayat Bukhari & Muslim, Rasulullah s.a.w melarang lelaki
yang berpergian dalam waktu yang lama, pulang menemui keluarganya di waktu
malam, karena dikhawatirkan akan mendapati berbagai kekurangan isteri
& cela isterinya. Bahkan suami diminta bersabar & menahan diri dari
kekurangan yang ada pada isterinya, juga ketika isteri tidak melaksanakan
kewajibannya. Karena suami juga mempunyai kekurangan & celaan,
seperti sabda Rasulullah:
“Janganlah
seorang suami yang beriman membenci isterinya yang beriman. Jika dia tidak
menyukai satu akhlak darinya, dia pasti meridhai akhlak lain darinya.” {H.R.
Muslim}
3. Memberi hukuman
yang tidak sesuai dengan kesalahan isteri
Ini termasuk bentuk kezaliman
terhadap isteri, antara lain iaitu:
o Menggunakan pukulan di tahap awal
pemberitahuan hukuman {lihat Al-Quran, Surah An-Nisa : 34}
o Mengusir isteri dari rumahnya tanpa ada
kebenaran secara syar’ie {lihat Al-Quran, Surah Ath-Thalaq : 1}
o Memukul wajah, mencela dan menghina.
Dalam
as-Sunan dan al-Musnan dari Mu’awiyah bin Haidah al-Qusyairi bahawa ia berkata:
“Ya Rasulullah, apakah HAK isteri atas suaminya? Nabi s.a.w menjawab:
“Hendaklah
engkau memberinya makan jika engkau makan, memberinya pakaian jika engkau
berpakaian, tidak memukul wajah, tidak menjelek-jelekkannya …..” {H.R. Ibnu
Majah disahihkan oleh Syeikh Albani}
4. Culas dalam
memberi nafkah kepada isteri
“Dan
ibu-ibu hendaklah menyusukan anak-anak mereka selama dua tahun yaitu bagi
orang yang hendak menyempurnakan penyusuan itu; dan kewajiban ayah ialah
memberi makan dan pakaian kepada isterinya itu menurut cara yang sepatutnya.
Tidaklah diberatkan seseorang melainkan menurut kemampuannya. Janganlah
menjadikan seseorang ibu itu menderita karena anaknya, dan (jangan juga
menjadikan) seseorang ayah itu menderita karena anaknya; dan waris juga
menanggung kewajiban yang tersebut (jika si ayah telah tiada). kemudian
jika keduanya (suami isteri berkeinginan menghentikan penyusuan itu dengan
persetujuan (yang telah dicapai oleh) mereka sesudah berunding, maka mereka
berdua tidaklah salah (melakukannya). Dan jika kamu hendak beri anak-anak kamu
menyusu kepada orang lain, maka tidak ada salahnya bagi kamu apabila kamu
serahkan (upah) yang kamu berikan itu dengan cara yang patut. Dan bertaqwalah
kamu kepada Allah, serta ketahuilah, sesungguhnya Allah sentiasa melihat akan
apapun yang kamu lakukan.” {Al-Quran, Surah Al-Baqarah : 233}
Isteri
BERHAK mendapatkan nafkah, kerana dia telah membolehkan suaminya
bersenang–senang kepadanya, dia telah mentaati suaminya, tinggal di rumahnya,
mengasuh & mendidik anak-anaknya. Dan jika isteri mendapati suaminya culas
dalam memberi nafkah, bakhil, tidak memberikan nafkah kepadanya tanpa ada
pembenaran syar’i, maka dia boleh mengambil harta suami untuk mencukupi
keperluannya secara ma’ruf (tidak berlebihan) meskipun tanpa sepengetahuan
suaminya.
Sabda
Rasulullah s.a.w:
“Jika
seorang muslim mengeluarkan nafkah untuk keluarganya sedangkan dia mengharapkan
pahalanya, maka nafkah itu adalah sedekah baginya.” {Muttafaq ‘alaih}
5. Sikap keras,
kasar, tidak lembut terhadap isteri
Rasulullah
s.a.w bersabda: “Mukmin yang paling sempurna adalah yang paling baik akhlaknya.
Dan sebaik–baik kalian adalah yang paling baik tehadap isteri-isterinya.” {H.R.
at-Tirmidzi, disahihkan oleh Syeikh Albani}
Maka
suami hendaklah berakhlak baik terhadap isterinya dengan bersikap lembut &
menjauhi sikap kasar.
6. Kesombongan suami
membantu isteri dalam urusan rumahtangga
Ini
kesalahan yang paling banyak MENJANGKITI para suami. Padahal lelaki yang paling
UTAMA yakni Rasulullah s.a.w tidak segan untuk membantu pekerjaan isterinya.
Ketika
Aisyah r.a ditanya tentang apa yang dilakukan Rasulullah s.a.w di rumahnya,
beliau menjawab:
“Beliau
membantu pekerjaan isterinya & jika datang waktu solat, maka beliau pun
keluar untuk solat.” {H.R. Bukhari}
7. Menyebarkan
rahasia dan aib isterinya
“Sesungguhnya
diantara orang yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat
adalah seseorang yang menggauli isterinya & isterinya menggaulinya kemudian
dia menyebarkan rahasia-rahasia isterinya.” {H.R. Muslim}
Dalam
hadith ini diHARAMkan seorang suami menyebarkan apa yang terjadi antara dia
dengan isterinya terutama perilaku keduanya di tempat tidur. Juga diharamkan
menyebutkan perinciannya, serta apa yang terjadi pada isterinya baik berupa
perkataan maupun perbuatan lainnya.
8. Sikap terburu-buru
dalam menceraikan isteri
Wahai
suami yang mulia, sesungguhnya hubungan antara engkau & isterimu adalah
hubungan yang kuat lagi suci, oleh karena itu Islam menganggap penceraian
adalah perkara besar yang tidak boleh diremehkan karena penceraian akan
menyeret kepada kerusakan, kacau balaunya pendidikan anak dsb. Dan hendaknya
perkataan cerai/talak itu tidak digunakan sebagai bahan gurauan/mainan. Karena
Rasulullah s.a.w telah bersabda:
“Ada
3 hal yang kesungguhannya dan gurauannya sama-sama dianggap sungguh-sungguh
yaitu: NIKAH, TALAK (cerai) dan RUJUK.” {H.R. Abu Daud, at-Tirmidzi dan Ibnu
Majah, dinilai “hasan” oleh asy-Syeikh Albani}
Memang
perselisihan antara suami isteri sering terjadi kadang sampai mengarah kepada
penceraian. Akan tetapi penceraian ini tidak boleh dijadikan sebagai langkah
pertama dalam penyelesaian perselisihan ini. Bahkana harus diusahakan berbagai
cara untuk menyelesaikannya, karena kemungkinan besar akan banyak rasa
penyesalan yang ditimbulkan dikemudian hari kelak.
Rasulullah
s.a.w bersabda:
“Sesungguhnya
Iblis meletakkan singgahsananya di atas air (laut), kemudian ia mengutus para
tentaranya. Maka tentara yang paling dekat dengan Iblis adalah yang paling
besar fitnahnya (penyesatannya). Maka datanglah salah satu tenteranya dan
melapor: Aku telah melakukan ini dan itu, maka Iblis berkata: Engkau belum
melakukan apa-apa, kemudian datanglah tentara yang lain dan melapor: Aku telah
menggodanya hingga akhirnya aku menceraikannya dengan isterinya. Maka Iblis pun
mendekatkan tentara syaitan ini di sisinya lalu berkata: Engkau tentara
terbaik.” {H.R. Muslim}
9. Berpoligami tanpa
memperhatikan ketentuan syari’at
Menikah
untuk kedua kali, ketiga dan keempat kali merupakan salah satu perkara yang
Allah syariatkan. Akan tetapi yang menjadi catatan di sini bahwa sebahagian
orang yang ingin menerapkan syariat ini/telah menerapkannya tidak memperhatikan
sikapnya yang tidak memenuhi kewajiban serta tanggungjawab terhadap isteri.
Terutama isteri pertama & anak-anaknya.
“Kemudian
jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinlah) seorang saja.”
{Al-Quran, Surah An-Nisa : 3}
Sikap
ini merupakan KEADILAN yang diperintahkan Allah s.w.t. Memang benar berpoligami
merupakan syariat Islam, tetapi jika seseorang tidak mampu melaksanakannya
dengan baik & tidak memenuhi syarat-syaratnya maka tidak boleh memikul
tanggungjawabnya, bila dilakukan maka menjuruskan kerusakan sebuah rumahtangga,
menghancurkan anak-anak & menambah permasalahan keluarga & juga kepada
masyarakat. Maka fikirkanlah akibatnya & perhatikanlah dengan saksama
perkaranya sebelum masuk kelayakan ke’dalam’nya.
10. Lemahnya
kecemburuan
Para
suami memBIARkan kemolekan, keindahan & kecantikan isterinya DINIKMATI
& DIPERTONTONkan oleh ramai orang. Dia memBIARkan isterinya menampakkan
auratnya ketika keluar rumah, membiarkan berkumpul dengan lelaki-lelaki lain.
Bahkan sebahagian ada yang BANGGA karena telah memiliki isteri yang
cantik yang boleh dinikmati ‘pandangan’ kebanyakan orang.
Padahal
wanita di mata Islam adalah makhluk yang SANGAT mulia, sehingga keindahan &
keelokannya hanya diperuntukkan atau DIKHUSUSkan buat suaminya saja dan tidak
sesekali di’jaja’ sebebasnya kemana-mana.
Seorang
suami yang memiliki kecemburuan terhadap istrinya tidak akan membiarkan
isterinya berjabat tangan dengan lelaki lain yang BUKAN mahram.
“Ditusukkan
kepala seorang lelaki dengan jarum dari besi lebih baik daripada dia menyentuh
seorang wanita yang tidak halal baginya.” {lihat dalam ash-Shahihah : 226}
Seorang
suami yang memiliki kecemburuan terhadap isterinya, dia akan memperhatikan
sabda Rasulullah s.a.w:
“Janganlah
kalian masuk menemui para wanita.” lalu seorang Ansar berkata, “Wahai Rasulullah,
bagaimana dengan al-hamwu (kerabat suami/ipar )?” Beliau mengatakan, “Al- hamwu
(ipar) adalah kematian.” {Muttafaq ‘alaih}
Perhatikan
juga ancaman Rasulullah s.a.w terhadap lelaki yang tidak memiliki kecemburuan
terhadap keluarga (isteri):
“Tiga
golongan yang Allah s.w.t tidak akan melihat mereka pada hari kiamat iaitu
seseorang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, wanita yang menyerupai lelaki
dan ad-Dayyuts” {H.R. An-Nasa’i dinilai ‘hasan’ oleh syeikh Albani, lihat
ash-Shahihah : 674}
Dan
ad-Dayyuts (dayus) adalah LELAKI yang tidak memiliki kecemburuan terhadap
keluarganya.
Semoga
bermanfaat buat kita semua.. insyaAllah
Post a Comment