Khutbah Jumat Tiga hikmah di balik musibah
الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ
الصَّالِحَاتُ، وَبِفَضْلِهِ تَتَنَزَّلُ الْخَيْرَاتُ وَالْبَرَكَاتُ،
وَبِتَوْفِيْقِهِ تَتَحَقَّقُ الْمَقَاصِدُ وَالْغَايَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا
إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَانَبِيَّ بَعْدَهُ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُجَاهِدِيْنَ
الطَّاهِرِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا آيُّهَا الحَاضِرُوْنَ أُوْصِيْكُمْ
وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ،
Hadirin Sidang Jumuah, yang dimuliakan Allah SWT.
Marilah kita bersama-sama berusaha meningkatkan ketakwaan kita
kepada Allah Swt, Taqwa dalam arti meningkatkan kesungguhan kita untuk
melaksanakan perintah-perintah Allah SWT dan menjauhi segala hal yang dilarang
oleh Allah SWT. Mudah-mudahan kita senantiasa termasuk golongan hamba yang
mendapatkan petunjuk di jalan kebenaran.
hadirin Sidang Jumuah yang Dimuliakan oleh Allah
Sering kali kita mendengar istilah “musibah” yang biasanya
dilawankan dengan istilah “anugerah” atau “nikmat”. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, musibah berarti kejadian (peristiwa) menyedihkan yang menimpa; bisa
juga bermakna malapetaka atau bencana. Sedangkan anugerah atau nikmat berarti
pemberian atau karunia (dari Allah), atau enak, lezat, dan kesenangan. Secara
umum kira-kira bisa ditarik kesimpulan bahwa musibah berkenaan dengan hal-hal
yang tidak menyenangkan, sementara anugerah berkaitan dengan hal-hal yang
menyenangkan.
Dalam kesempatan kali ini, khatib memaparkan
setidaknya ada tiga pelajaran penting dalam peristiwa bencana alam atau musibah
yang menimpa kita.
Jamaah shalat
Jumat hafidhakumullâh,
Pelajaran pertama adalah muhâsabah atau
introspeksi diri.
Kita dianjurkan untuk mengevaluasi diri kita, apa saja
kekurangan dan kesalahan yang perlu dibenahi. Bencana alam seperti tsunami,
gempa bumi, dan gunung meletus adalah fenomena yang tidak bisa dikendalikan
manusia. Ini bukti kelemahan manusia, dan seyogianya bencana alam menyadarkan kita
untuk kian merendah serendah-rendahnya di hadapan Allah ﷻ. Bila bencana itu disadari akibat kesalahan manusia, maka
seharusnya bencana alam berdampak pada perubahan sikap kita menjadi lebih baik.
Muhasabah ini penting
dilakukan baik oleh mereka yang menjadi korban maupun yang bukan korban.
Sayyidina Umar bin Khattab pernah berkutbah dan adapun isi khutbah beliau
tersebut adalah
حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا فَإِنَّهُ
أَهْوَنَ لِحِسَابِكُمْ
Artinya: “Hisablah dirimu sebelum engkau
dihisab. Karena sesunguhnya hal itu akan meringankan hisabmu (di hari kiamat).”
Pesan dari pidato Sayyidina Umar sangat jelas bahwa kita
dianjurkan untuk menilai diri sendiri, bukan menilai orang lain. Bagi korban,
bencana adalah fase penting memeriksa dosa-dosa sendiri, tingkat penghambaan
kepada Allah, pergaulan sosial, dan sikap terhadap lingkungan alam selama ini.
Bagi mereka yang bukan korban dan di luar lokasi bencana, hal ini adalah
peringatan bagi diri sendiri untuk kian menjaga perilaku dan sifatnya baik
kepada Allah, sesama manusia, dan juga alam sekitar
Pelajaran kedua adalah rasa syukur dan optimisme.
Sikap ini berdasar
pada hadits Rasulullah ﷺ:
مَا يُصِيْبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ شَوْكَةٍ فَمَا
فَوْقَهَا إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً أَوْ حَطَّ عَنْهُ بِهَا
خَطِيْئَةً
"Tidak ada satu pun musibah (cobaan) yang
menimpa seorang muslim berupa duri atau yang semisalnya, melainkan dengannya
Allah akan mengangkat derajatnya atau menghapus kesalahannya." (HR.
Muslim)
Dalam konteks ini,
bersyukur bagi para korban adalah ridha atas bencana yang menimpanya dan
menilai penderitaan saat ini adalah cara Allah melebur dosa-dosanya dan
menaikkan kualitas kepribadiannya. Sebagaimana ujian akhir semester bagi siswa
sekolah untuk naik ke semester berikutnya, bencana merupakan ujian bagi para
korban untuk bisa mendaki pada derajat yang lebih mulia.
Kaum Muslimin siding
jumat yang berbahagia !
Hadits tersebut juga merupakan
cara Rasulullah memberikan optimisme kepada umatnya agar tidak larut secara
terus-menerus dalam kesedihan, banyak mengeluh, apalagi sampai putus asa. Dalam
penderitaan, kita mesti husnudh zhan (berprasangka baik) bahwa
ada maksud khusus dari Allah untuk meningkatkan mutu diri kita, baik
dalam ibadah (menghamba kepada Allah) maupun muamalah (hubungan
sosial).
Jamaah shalat
Jumat hafidhakumullâh,
Pelajaran ketiga adalah tentang ladang amal ibadah
pascabencana.
Jika bencana adalah
ujian kenaikan derajat, maka kenaikan tersebut hanya terjadi bila yang bersangkutan
benar-benar lulus dari ujian. Bencana alam merupakan wasilah bagi
para korban yang isinya menuntut manusia untuk sabar, ikhtiar, tawakal, dan
semakin mendekatkan diri kepada Allah ﷻ. Innâ
lillâhi wa innâ ilaihi râji‘ûn, sesungguhnya kita semua adalah milik Allah
dan sungguh kepada-Nya kita kembali. Kualitas kepribadian mereka sebagai hamba
meningkat manakala “materi ujian” dapat dilalui dengan baik dan benar.
Bagi mereka yang tidak
menjadi korban, bencana alam adalah ujian untuk menunjukkan kepedulian
kemanusiaan atas mereka yang sedang ditimpa kesulitan. Pertolongan berupa
tenaga, pikiran, dana, harta benda, makanan, doa, dan lain sebagainya penting
disalurkan. Syukur atas keselamatan diri kita dari bencana bisa ditunjukkan
dengan kesediaan berbagi kepada mereka yang membutuhkan uluran tangan. Bisa
dengan menjadi relawan, donatur bantuan, atau keterlibatan lainnya yang dapat
meringankan beban para korban.
وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِيْ عَوْنِ
أَخِيْهِ
“Allah
akan menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya.” (HR
Muslim)
Apabila kita mendengar kata hikmah di balik
bencana, maka itu artinya terkait dengan sikap-sikap bijak kita dalam menyikapi
bencana. Karena kata hikmah bermakna kebijaksanaan. Semoga
bencana alam yang merupakan bagian dari fenomena alamiah ini, tak menimbulkan
bencana baru dalam kehidupan spiritual kita.
Demikianlah khutbah yang dapat kami sampaikan
mudah2an ada barakah dan manfatnya bagi kita semua. Dan semoga kita selalu diberikan
kesabaran, ketabahan dalam menghadpi musibah yang menimpa kita akhir-akhir ini.
Amin ya robbal ‘alamin.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبِّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنِّهُ
هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ
الْعَظِيْمَ لَيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ
Post a Comment