Tetesaan Air Mata Sang Pemuda !
Sang Pemuda Meneteskan Air Mata.....
Ada seorang pemuda melakukan
perjalanan pulang setelah melakukan safar yang cukup lama. Setelah mengambil
posisi di pesawat, qadarullah, posisinya di dekat sekelompok pemuda yang doyan
hura-hura. Ketika tertawa dibuat terbahak-bahak, dan terlalu banyak bersenda
gurau. Tempat itupun penuh dengan bau rokok mereka.
Ketika itu, pesawat penuh penumpang,
sehingga tidak memungkinkanku untuk berpindah tempat. Ingin sekali pemuda itu
pergi dari tempat ini, biar dia bisa istirahat. Sesak rasanya duduk bersama mereka,
Aku hanya bisa menenangkan pikiranku dengan mengeluarkan mushaf dan membaca
Al-Quran dengan suara pelan.
Beberapa saat kemudian, kondisi mulai
tenang. Ada diantara pemuda ramai itu mulai membaca koran, ada yang sudah mulai
tidur. Tiba-tiba aku dikejutkan dengan salah satu pemuda yang hura-hura duduk
di sampingku: cukup..cukup…! Saya mengira dia merasa terganggu dengan suaraku.
Akupun minta maaf, dan melanjutkan baca Al-Quran dengan suara pelan yang hanya
bisa kudengar.
Tiba-tiba orang itu menutupi wajahnya
dengan tangannya, kepalanya naik turun, maju mundur, dengan respon kasar dia
memarahi saya: ‘Saya sudah minta kamu untuk diam, diam. Saya gak sabar!’ Diapun
langsung pergi meninggalkan tempat duduknya, menghilang dari pandanganku.
Sampai akhirnya dia kembali. Dia minta maaf, dan menyesali perbuatannya,
kemudian tenang di tempat duduknya.
Saya tidak tahu, apa yg sedang
terjadi. Tapi setelah tenang sejenak, dia melihat saya dan air matanya
mengalir. Di situlah dia mulai bercerita:
Sudah kurang lebih tiga tahun, saya
belum pernah meletakkan dahiku untuk sujud, saya tidak menyentuh sedikitpun
satu ayat dalam Al-Quran. Sebulan ini saya melakukan traveling. Hampir semua
maksiat telah aku cicipi dalam perjalanan ini.
Aku mendengar anda membaca Al-Quran.
Terasa hitam dunia di wajahku. Sesak dadaku. Aku merasa sangat hina. Aku merasa
semua ayat yang engkau baca menghantam jasadku, layaknya cambuk. Akupun bingung
dan bertanya pada diriku: ‘Sampai kapan kelalaian ini akan kualami?’ ‘Kemana
lagi aku harus melaju?’ ‘Setelah piknik penuh hura-hura ini apalagi yang harus
aku lakukan?’ Lalu tadi aku ke toilet. Tahu kenapa? Saya ingin menangis
sejadinya, dan tidak ada tempat yang terlihat manusia, selain toilet.”
Akupun menasehatinya untuk bertaubat,
kembali kepada Allah. Setelah itu dia terdiam. Ketika pesawat mendarat. Dia
memintaku ngobrol sejenak. Seolah dia ingin menjauh dari kawan-kawannya.
Semangat kesungguhan untuk bertaubat sangat kelihatan dari raut wajahnya. Dia
bertanya: “Apa mungkin Allah akan menerima taubatku?” Kujawab dengan firman
Allah, ‘Apakah anda pernah membaca firman Allah,
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى
أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ
الذُّنُوبَ جَمِيعًا
Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang
malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari
rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya
Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Az-Zumar: 53)
Dia mulai senyum kecil, senyum penuh
harapan dan air matanya berlinangan. Dia menyampaikan kepadaku: “Saya janji,
saya akan kembali kepada Allah.”
Semoga dengan kisah tersebut bisa menginspirasi kita untuk menjadi yang lebih baik, amiin
Post a Comment