Meraih Berkah Dengan Sikap Jujur Dalam Muamalah
MERAIH BERKAH DENGAN SIKAP JUJUR DALAM MUAMALAH
PENTINGKAH SIFAT JUJUR ?
Jujur adalah
salah satu sifat yang melekat pada diri para Nabi dan Rasul, yaitu Siddiq.
Jujur berarti mengakui, berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai
dengan kenyataan dan kebenaran tanpa ditambah atau dikurangi.
Mengapa
memiliki sifat jujur sangat penting ? karena jujur merupakan pondasi sebuah
kepercayaan.
Sebelum
diangkat menjadi Rasul, Nabi Muhammad SAW sudah mendapatkan kepercayaan dari
pemuka/tokoh Qurays yang berbeda keyakinan. Mengapa demikian ? karena beliau
selalu berkata dan berbuat benar tidak pernah beliau sedikitpun berdusta dari
sejak kecil. Nabi SAW bersabda.
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ
يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ
Rasulullah saw berdsabda, “Hendaklah kalian selalu jujur, karena kejujuran
membawa kepada kepada kebaikan dan kebaikan mengantarkan ke syurga. (HR.
Bukhari)
Perintah jujur
juga dinyatakan dalam Al-Qur’an Surah Al-Ahzab ayat 70 Allah SWT berfirman:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا
اللّٰهَ وَقُوۡلُوۡا قَوۡلًا سَدِيۡدًا
“Wahai
orang-orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan
yang benar.
Di usia yang masih belia, Nabi saw telah memiliki pengalaman dalam
berdagang, jiwa usaha beliau sangat tersah sampai beliau dewasa hingga menikah
denga Khadijah ra. beliau temasuk usahawan yang sukses, salah satu faktor
utamanya adalah pribadi beliau yang jujur dalam berinteraksi sosial. Termasuk
dalam hal berdagang.
Selanjutnya
marilah kita mempelajari QS Al-Muthaffifin (83) 1-17 dan QS Al-An’am (6) 152
tentang akhlak / etika dalam bermuamalah.
QS. Al-Muthaffiifin 1-17
وَيْلٌ
لِّلْمُطَفِّفِيْنَ
1. Celakalah
bagi orang-orang yang curang {1} (dalam
menakar dan menimbang)!
الَّذِيْنَ
إِذَا اكْتَالُوا۟ عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُوْنَ
2. (Yaitu) orang-orang
yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dicukupkan,
وَإِذَا
كَالُوْهُمْ أَو وَّزَنُوْهُمْ يُخْسِرُوْنَ
3. dan apabila
mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain), mereka mengurangi.
أَلَا يَظُنُّ
أُولٰٓئِكَ أَنَّهُمْ مَّبْعُوْثُوْنَ
4. Tidakkah
mereka itu mengira bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan
لِيَوْمٍ
عَظِيْمٍ
5. pada sebuah
hari yang besar,
يَوْمَ
يَقُوْمُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
6. (yaitu) pada
hari (ketika) semua orang bangkit menghadap Tuhan seluruh alam.
كَلَّآ إِنَّ
كِتٰبَ الْفُجَّارِ لَفِى سِجِّيْنٍ
7. Sekali-kali jangan begitu! Sesungguhnya catatan orang yang
durhaka benar-benar tersimpan dalam Sijjin.[2]
وَمَآ
أَدْرٰىكَ مَا سِجِّيْنٌ
8. Dan tahukah
engkau apakah Sijjin itu?
كِتٰبٌ
مَّرْقُوْمٌ
9. (Yaitu)
kitab yang berisi catatan (amal).
وَيْلٌ
يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِيْنَ
10. Celakalah
pada hari itu, bagi orang-orang yang mendustakan!
الَّذِيْنَ
يُكَذِّبُوْنَ بِيَوْمِ الدِّيْنِ
11. (Yaitu)
orang-orang yang mendustakannya (hari pembalasan).
وَمَا
يُكَذِّبُ بِهٖۦٓ إِلَّا كُلُّ مُعْتَدٍ أَثِيْمٍ
12. Dan tidak ada yang mendustakannya (hari pembalasan) kecuali
setiap orang yang melampaui batas dan berdosa,
اِذَا تُتْلٰى
عَلَيْهِ اٰيٰتُنَا قَالَ اَسَاطِيْرُ الْأَوَّلِيْنَ
13. yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, dia berkata,
“itu adalah dongeng orang-orang dahulu.”
كَلَّا ۖ بَلْ
ۜ رَانَ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ مَّا كَانُوا۟ يَكْسِبُوْنَ
14. Sekali-kali
tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka.
كَلَّآ
إِنَّهُمْ عَنْ رَّبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ لَّمَحْجُوْبُوْنَ
15. Sekali-kali tidak! [3] Sesungguhnya mereka pada hari itu
benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhannya.
ثُمَّ
إِنَّهُمْ لَصَالُوا الْجَحِيْمِ
16. Kemudian,
sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka.
ثُمَّ يُقَالُ
هٰذَا الَّذِى كُنْتُمْ بِهٖ تُكَذِّبُوْنَ
17. Kemudian,
dikatakan (kepada mereka), “inilah (azab) yang dahulu kamu dustakan.”
Note :
{1} Yang dimaksud dengan
orang-orang yang curang di sini ialah orang-orang yang curang dalam menakar dan
menimbang.
Surah al-Mutaffifin diturunkan oleh Allah Swt, sebagal ancaman
kepada orang-orang yang curang dalam menimbang dan menakar Dalam sebuah hadis
yang diriwayatkan oleh an-Nasa'i dan Ibnu Majah yang bersumber dari Ibnu Abbas,
ketika Rasulullah saw. sampai ke Madinah, diketahui bahwa penduduk Madinah
termasuk orang-orang yang paling curang dalam menakar dan menimbang. Mereka
meminta dipenuhi timbangannya dan orang lain dan ketika menimbang untuk orang
lain mereka akan menguranginya. Setelah Surah al-Mutaftifin turun, orang-orang
Madinah mulai bersikap jujur dalam menimbang dan menakar barang-barang yang
diperjualbelikan.
Kandungan QS
Al-Muthaffifin (83) 1-17
Ini adalah surah yang ke-83,
terdiri dari 36 ayat, Surat ini termasuk kedalam golongan surah Makkiyyah karena
turun di kota Mekah. Surah Al Muthaffifin ini adalah surah yang terakhir turun
di Mekkah sebelum Nabi hijrah ke Madinah.
Dinamakan Al Muthaffifiin yang
berarti Orang-orang yang curang di ambil dari kata Al Muthaffifiin yang
terdapat pada ayat pertama surat ini.
Tema pokok surat ini adalah ancaman
bagi mereka yang suka menipu dan mengambil hak orang lain, serta ancaman bagi
orang-orang kafir yang suka mengejek dan menghina orang-orang yang beriman.
Ayat 1-6 Allah memulai surat dengan
ancaman bagi orang-orang yang curang dalam timbangan dengan kalimat “wail”
artinya celakalah, isyarat bahwa mereka akan mendapatkan azab yang pedih, yaitu
orang-orang yang jika menerima takaran mereka minta ditambah tetapi jika mereka
meninmbang atau menakar mereka mengurangi. Merekalah orang-orang yang curang
dalam jual beli, mereka tidak beriman dengan hari kiamat, hari kebangkitan dan
hari pertanggungjawaban atas apa yng mereka perbuat.
Ayat 7-17 Allah menjelaskan bahwa
catatan perbuatan orang-orang durhaka terdapat dalam daftar keburukan dan disimpan
dalam buku khusus bernama “Sijjin” (kumpulan buku-buku para syaithan dan
orang-orang kafir). Mereka itulah yang mendustakan para rasul dan risalahnya.
Sifat-sifat mereka ada tiga :
a.
Mu’tad,
melampaui batas dan melanggar hokum-hukum Allah
b.
Atsim,
bergelimang dosa dengan mengkonsumsi barang haram, berbicara bohong,
mengkhianati amanah, dan lain sebagainya
c.
Jika
dibaccakan Al-Qur’an mereka mengatakan bahwa itu hanya dongeng orang-orang
terdahulu, bukan wahyu Allah SWT.
Selanjutnya
Allah menjleaskan mengapa mereka mengejek Al-Qur’an, antara lain, katena
banyaknya dosa yang menutupi hati mereka sehingga mereka tidak mau menerima
kebenaran dan kebaikan. Oleh sebab itu mereka jauh dari rahmat Allah sehinga
kelak dilemparkan kedalam api neraka yang paling bawah, dan dikatakan kepada
mereka, :inilah azab yang dahulu selalu kau dustakan”.
Sijjin
(سِجِّين) dan illiyyin (عِلِّيِّين)
adalah dua kitab yang disebutkan dalam Alquran surah Al-Muthaffifin. Sijjin
merupakan kitab yang mencatat segala perbuatan orang-orang durhaka, sedangkan
illiyyin merupakan kitab yang mencatat segala perbuatan orang-orang yang
berbakti, yang disaksikan malaikat-malaikat yang didekatkan kepada Allah.
Wallahu a'lam
Baca Juga ; QS Al-an’am (6) ; 152
Post a Comment